CONTOH-CONTOH MEDIA PERMAINAN EDUKATIF
1. PUZZLE
Puzzle yang dipakai adalah puzzle yang sederhana, gambarnya belum
terlalu rumit dan cocok untuk anak prasekolah sampai umur 8 tahun.
Puzzle ini suatu bentuk permainan beregu yang menugasi pemain untuk
menggabungkan atau merangkai kembali potongan-potongan kertas berbangun
tak beraturan sehingga menjadi suatu bangun atau bentuk tertentu seperti
bujur sangkar, empat persegi panjang, trapesium, jajaran genjang,
lingkaran, dan segi tiga.
Tujuan dari permainan diharapkan mengandung aspek moral dan
inteleknya. Pemainnya adalah anak usia dini, atau prasekolah yang baru
belajar mengenal bangun dan bentuk. Alat pada permainan ini adalah
kertas berbangun tertentu, misalnya bujur sangkar, kemudian dipotong
menjadi beberapa bagian dan beragam bentuknya.
Sebelum permainan dimulai guru menjelaskan terlebih dahulu
macam-macam bentuk sederhana dan bangun. Guru memimpin permainan dan
menjelaskan bahwa dalam permainan ini diperlukan kerjasama dan
kebersamaan. Guru juga memberi contoh kerjasama dalam kehidupan nyata,
misalnya kerja bakti membersihkan halaman rumah, membangun jalan dan
lain sebagainya. Guru juga memberi contoh macam-macam benda yang mirip
dengan bentuk bangun tersebut yang bisa ditemui dalam kehiupan
sehari-hari. Setelah itu guru menjelaskan ciri-ciri dari bangun yang
akan dimainkan tersebut, misalkan jumlah sisinya, bentuk sudutnya. guru
mengumumkan bahwa anak-anak akan diajak bersama-sama memainkan permainan
membentuk bangun/bentuk itu; kemudian pemimpin permainan mempersiapkan
tempat dan alatnya dengan sedapat mungkin melibatkan anak-anak.
Selanjutnya guru pemimpin permainan merekrut pemain. Jumlah pemain
adalah sama dengan jumlah kepingan kertas yang tersedia dalam satu set
alat permainan. Pemain kemudian diminta berdiri mengelilingi meja tempat
permainan. Anak-anak yang lain diminta menonton jalannya permainan.
Kemudian guru menjelaskan bahwa potongan-potongan kertas itu bisa
dibentuk kembali apabila disusun menjadi satu.
Guru pemimpin permainan harus pula menjelaskan bahwa kerja sama juga
diperlukan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya (pemimpin permainan harus
menunjukkan contohnya yang dapat dilihat oleh anak-anak dalam lingkungan
masing-masing, misalnya membuat rumah, membersihkan got/ sungai, menata
rumah, dan menjaga rumah atau menjaga keamanan kampung.
Saat memulai permainan, guru membagikan kepingan-kepingan kertas
permainan kepada pemain. Satu orang pemain mendapatkan satu kepingan.
Kepada pemain dijelaskan bahwa mereka bertugas menata kembali kepingan
kertas itu sehingga menjadi bangun/bentuk tertentu (misalnya empat
persegi panjang). Aturan main juga dijelaskan, yakni: (a) Para pemain
tidak boleh saling berbicara dengan sesama pemain; (b) Para pemain tidak
boleh meminta kepingan kertas kepada pemain lain; (c) Para pemain tidak
boleh memberi kode, isyarat dan petunjuk lainnya kepada pemain lain;
(d) Para pemain boleh memberikan kepingan kertas pegangannya kepada
pemain lain yang membutuhkan untuk menyelesaikan bangun/bentuk tersebut
(tetapi sama sekali tidak boleh meminta.
Kemudian guru mengajak anak-anak untuk membahas jalannya permainan Yang
perlu dibahas terutama adalah: (a) apakah para pemain dan anak-anak
lainnya telah benar-benar mengenal bangun yang dimainkan itu? (b) apakah
“rahasia” kelancaran atau kelambatan para pemain dalam membentuk bangun
yang dikehendaki? (c) apakah ada hambatan dalam kerja sama para pemain,
misalnya apakah ada yang cenderung mendekte, “tidak sabaran”, “suka
ngambek” dan sebagainya? (d) perlunya kerja sama dan perlunya
pengendalian diri dalam kerja sama. Dengan prosedur yang serupa, bentuk
permainan ini dapat dikembangkan sehingga dapat dimainkan untuk
memperkenalkan warna, binatang, tanaman, dan bilangan.
Perlakuan setelah permainan ini hendaknya lebih dipentingkan daripada
Permainan Puzzle sebagai salah satu bentuk permainan edukatif itu
sendiri. Tanpa perlakuan setelah permainan, maka maksud dan tujuan
permainan edukatif yakni untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan
kerjasama siswa tidak akan pernah tercapai, sehingga permainan itu lebih
dari permainan pelipur lara belaka
2. BUILDING BLOCK
Building Block dapat dibuat dari kayu ataupun plastik. Biasanya
permainan ini membangun rumah, istana, ada jembatan dan banyak pilihan
bangunan lainnya. Pada prinsipnya permainan ini ialah membangun atau
mendirikan suatu bangunan. Anak dibagi dalam beberapa kelompok, misalnya
5 orang. Kemudian tiap kelompok diberi potongan-potongan bangunan yang
nantinya akan dibangun. Sebelumnya guru menjelaskan aturan permainannya.
Tidak ada siswa yang boleh bertukar atau mencari potongan lain pada
kelompok lain. Jadi dari potongan yang diberikan guru harus dibangun
semua.
Nilai yang diambil dari permainan ini adalah kecepatan, kebersamaan dan
yang paling penting adalah kerjasama anak dalam membangun. Sebernarnya
kecepatan tidak terlalu diutamakan, tetapi untuk memotivasi anak hal itu
harus disampaikan. Setelah dibagi dalam kelompok, guru memimpin
permainan. Guru hanya memberi arahan dan motivasi dari permainan itu.
Setelah selesai guru menilai kecepatan, dan kerjasama sari masing-masing
kelompok. Setelah itu guru memberi evaluasi bahwa dari permainan tadi
banyak nilai-nilai yang di dapatkan. Misalnya kerjasama, guru
menjelaskan bahwa dalam hal apapun jika dikerjakan bersama-sama akan
lebih ringan dan cepat selesai. Guru juga menjelasskan bahwa dalam
kehidupan sehari-hari sangat diperlukan kerjasama, baik di sekolah, di
rumah, atau di masyarakat.
E. PRINSIP-PRINSIP PADA MEDIA PERMAINAN EDUKATIF
1. PRINSIP PRODUKTIVITAS
Permainan edukatif harus dapat mengembangkan sikap produktif pada diri
anak sebagai pengguna dan pemain dalam permainan itu sendiri. Sehingga
dari permainan itu akan mengena dan tersimpan di memori anak sehingga
suatu saat anak mampu menginovasi atau menciptakan sesuatu yang baru.
2. PRINSIP AKTIVITAS
Permainan edukatif harus mampu mengembangkan sikap aktif pada anak.
Sehingga permainan edukatif mampu mengembangkan motorik kasar dan
motorik halus pada anak.
3. PRINSIP EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI
Prinsip ini menjadi tolak ukur dari efek permainan edukatif yang
digunakan. Jadi dalam hal ini guru sebagai fasilitator dituntut cerdas
untuk memilih permainan edukatif yang memiliki muatan pendidikan dan
cocok untuk anak.
4. PRINSIP KREATIVITAS
Melalui permainan, diharapkan anak mampu merancang sesuatu yang baru dan
berbeda dan menimbulkan kepuasan pada anak. Meskipun permainan itu
mudah dan murah, tapi anak akan tetap memiliki rasa penasaran untuk
membongkar atau merusaknya.
5. PRINSIP MENDIDIK DENGAN MENYENANGKAN
Permainan eduukatif harus memperhatikan sisi kemampuan anak. Dari
permainan diharapkan anak merasa senang dengan permainan yang dimainkan
namun, tanpa disadari ternyata permainan yang dikembangkan bermanfaat
untuk mengembangkan IQ, EQ danSQ .
F. DAMPAK PERMAINAN EDUKATIF BAGI ANAK
1. Mampu melatih konsentrasi pada anak
Semakin dini usia anak semakin terbatas pencurahan perhatiannya. Oleh
karena itu permainan dan pengajaran yang menggunakkan alat dan media
yang baik akan membantu mempertahankan daya tangkap murid.
2. Mengajar dengan lebih cepat dengan waktu relatif singkat
Bila pelajaran hanya disampaikan dengan kata-kata saja, mungkin bisa
tersampaikan atau salah paham. Namun dengan bantuan alat dan media yang
baik, guru bisa menjelaskan dalam waktu cepat dan mencapai indikator
kebnerhasilan belajar lebih cepat.
3. Menambah daya pengertian dan ingatan
Dalam menjelaskan sesuatu jika menggunakkan media yang tepat tentu akan
lebih mudah dimengerti dan memperdalam pengalaman belajar serta ingatan
siswa. Melalui indera penglihatan dan pendengaran murid dapat memahami
perbedaan arti, warna , serta bentuk.
4. Membuat proses belajar menyenangkan
Cara mengajar yang monoton tentu akan membosankan. Tetapi bila
didisampaikan dalam bentuk yang berbeda, media yang berbeda tentu akan
menyenangkan dan mampu membangkitkan motivasi belajar anak.
5. Membangkitkan emosi anak
Menyampaikan suatu materi dengan media-media yang menarik tentunya akan
lebih berhasil daripada menggunakan ceramah saja. Dengan media yang
menarik tentu akan membangkitkan emosi anak, perhatian pada materi dan
juga pada media tersebut.
6. Mampu Mengatasi Keterbatasan Bahasa
Perbedaan kebudayaan sering menimbulkan kesalahpahaman, namun dengan
media mampu mengatasi kesalahpahaman akan keterbatasan anak-anak untuk
mengerti suatu bahasa.
7. Meningkatkan rasa sosialisasi pada anak
Permainan yang edukatif tentunya tidak boleh melupakan muatan-muatan
pendidikan bagi anak. Dengan model permainan kelompok tentu akan
menumbuhkan rasa sosial pada anak.
8. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak
Dengan permainan edukatif pasti merangsang anak untuk berhubungan dan
berkomunikasi dengan orang lain. Paling tidak dengan permainan edukasi
akan menimbulkan banyak pertanyaan dan imajinasi yang tentunya akan
ditanyakan pada guru, orangtua atau teman sebayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar